Kamis, 23 Juni 2016

Budaya, Makanan, dan Ciri Khas Kota Sidoarjo

KOTA SIDOARJO


KEBUDAYAAN DI SIDOARJO

LELANG BANDENG
lb_01
Setiap  tahun di Kabupaten Sidoarjo tepatnya dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW  diadakan kegiatan lelang bandeng tradisional bertempat di alun-alun Sidoarjo.
Lelang bandeng tradisional diadakan dengan tujuan  selain menjunjung tinggi  peringatan Maulid nabi Muhammad SAW  juga mempunyai maksud menjadikan cambuk  untuk meningkatkan  produksi ikan bandeng dengan pengembangan motivasi dan promosi agar petani tambak lebih meningkatkan kesejahteraannya.
Lelang bandeng adalah merupakan usaha dengan tujuan mulia,  karena hasil bersih uang seluruhnya digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan melalui yayasan amal bhakti Muslim Sidoarjo.
Tradisi lelang bandeng selalu dibarengi dengan kegiatan-kegiatan lainnya yaitu pasar murah, berbagai macam hiburan  tanpa dipungut biaya, antara lain  : Band, Orkes Melayu, Ludruk, Samroh dan lomba MTQ tingkat kabupaten.
Bandeng yang dilelang  dinamakan bandeng  “KAWAKAN“ yang dipelihara khusus antara 5 – 10 tahun dan mencapai berat  7 Kg  sampai  10 Kg  per ekor

NYADRAN
Kepungan_adalah_istilah_untuk_acara_makan_ingkung_dan_nasi_tumpeng_bersama_sama_di_acara_Nyadran_dusun_Karangasem
Di Jawa, pada bulan Ruwah ( kalender Jawa ) ada tradisi yang dinamakan Ruwatan. Bentuk –bentuk Ruwatan ini dapat berupa bersih Desa ,Ruwah desa atau lainnya.Di  Sidoarjo tepatnya di Desa Balongdowo Kecamatan Candi  ada tradisi masyarakat yang dilakukan setiap bulan Ruwah pada saat bulan purnama.Tradisi tersebut dinamakan Nyadran, Nyadran ini merupakan adat bagi para nelayan kupang desa Balongdowo sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.Bentuk kegiatan Nyadran berupa pesta peragaan cara mengambil kupang di tengah laut selat Madura.Nyadran di Sidoarjo mempunyai ciri khas tersendiri. Kegiatan Nyadran dilakukan oleh masyarakat Balongdowo yang mata pencaharian sebagai nelayan kupang, pada siang harinya sangat disibukkan dengan kegiatan persiapan pesta upacara meski puncak acaranya pada tengah malam.Kegiatan ini dilakukan pada dini hari sekitar pukul 1 pagi. Orang- orang berkumpul untuk melakukan keliling. Perjalanan dimulai dari Balongdowo Kec, Candi menempuh jarak 12 Km. Menuju dusun Kepetingan Ds. Sawohan Kec. Buduran. Perjalanan ini melewati sungai desa Balongdowo, Klurak kali pecabean, Kedung peluk dan Kepetingan ( Sawohan ).Ketika iring-iringan perahu sampai di muara kali Pecabean perahu yang ditumpangi anak balita membuang seekor ayam. Konon menurut cerita  dahulu ada orang yang  mengikuti acara Nyadran dengan membawa anak kecil dan anak kecil tersebut kesurupan. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut masyarakat Balongdowo percaya bahwa dengan membuang seekor ayam yang masih  hidup ke kali Pecabean maka anak kecil yang mengikuti nyadran akan terhindar dari kesurupan/ malapetaka.Sekitar pukul. 04.30 WIB. Peserta iring-iringan perahu tiba di dusun Kepetingan Ds. Sawohan . Rombongan peserta nyadran langsung menuju makam dewi  Sekardadu  untuk mengadakan makan bersama. Sambil menunggu fajar tiba, peserta nyadran tersebut berziarah, bersedekah, dan berdoa di makam tersebut agar berkah terus mengalir. Menurut cerita rakyat Balongdowo Dewi sekardadu adalah putri dari Raja Blambangan  yang bernama Minak Sembuyu  yang pada waktu meninggalnya dikelilingi “ ikan kepiting “ itulah sebab mengapa dusun tersebut dinamakan Kepetingan. Tetapi orang-orang sering menyebut Dusun Ketingan.Setelah dari makam Dewi Sekardadu, sekitar pukul 07.00WIB. Perahu-perahu itu menuju selat Madura yang berjarak sekitar 3 Km. Sekitar pukul 10.00 WIB. iring-iringan perahu tersebut mulai meninggalkan selat Madura. Kemudian mereka kembali ke Ds Balongdowo. Sepanjang Perjalan pulang ternyata banyak masyarakat berjajar di tepi sungai menyambut iring-iringan perahu tiba. Mereka minta berkat/makanan yang dibawa oleh peserta nyadran dengan harapan agar mendapat berkah.Ada satu proses dari pesta nyadran ini yaitu “ Melarung tumpeng “ Proses ini dilakukan di muara /Clangap ( pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo ). Proses ini diadakan bila ada pesta Nyadran atau nelayan kupang yang mempunyai nadzar /kaul


MAKANAN

KERUPUK UDANG
kerupuk udang
Kerupuk adalah salah satu jenis makanan khas Indonesia yang sangat digemari. Hampir setiap daerah memiliki ciri khas kerupuk masing-masing, yang terkadang juga identik dengan nama daerah tempat asalnya itu. Ada Kerupuk Palembang dari Sumatera Selatan, ada Kerupuk Padang Pasir ala Kediri, Jawa Timur (Jatim), dan jika berbicara soal kerupuk udang, Kabupaten Sidoarjo tentunya merupakan tempatnya.
Produksi kerupuk udang di Sidoarjo sebagai salah satu produk makanan nyamikan teman makan nasi sekarang ini mampu merambah seluruh pasaran di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Selain itu, kawasan lain di luar Pulau Jawa seperti Bali, Medan, Pontianak, dan Kalimantan juga menjadi daerah pasaran tetap produk makanan ini.
Bahkan, menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sidoarjo, selain dikenal sebagai sentra produksi kerupuk udang, beberapa kawasan di Sidoarjo juga menjadi tempat pelatihan membuat kerupuk udang. Salah satu lokasi yang sering dikunjungi berada di Desa Kedungrejo, Kecamatan Jabon, sekitar 21 kilometer arah selatan pusat kota.
Di kelurahan ini banyak kelompok tani dari tempat lain seperti Riau, Ka-limantan, dan Kendari mengirimkan beberapa perwakilan mereka untuk tinggal selama beberapa minggu mempelajari teknik pengolahan kerupuk udang. Selain itu, Desa Kedungrejo juga terkenal dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Setia Abadi yang akhir tahun lalu menjuarai Lomba Peduli Mutu hasil Perikanan Tingkat Provinsi Jatim dan Juara Nasional pengolahan kerupuk tradisional.
Berdasarkan data Disperindag Kabupaten Sidoarjo, kawasan ini sedikitnya memiliki enam kecamatan yang dikenal sebagai sentra industripengolahan kerupuk udang. Keenam kecamatan itu antara lain Sidoarjo, Candi, Buduran, Porong, Jabon, dan Tanggulangin.
Dari keenam kecamatan tadi terdapat sekitar 31 pengusaha industri kecil dan menengah yang memproduksi kerupuk udang. Total volume produksi tahun 1999 mencapai 9.371,5 ton kerupuk udang dan mampu menyerap 2.114 pekerja. Selain itu, sektor industri ini juga memiliki total nilai investasi Rp 775.992.000.
Hingga akhir tahun 2000 di Sidoarjo terdapat 1.737 industri kecil dengan kemampuan daya serap tenaga kerja 42.161 orang. Sementara dari 11.525 unit industri kerajinan rakyat mampu diserap 46.342 tenaga kerja. Sebagai salah satu dari tiga sektor dominan di Sidoarjo, sektor industri pengolahan, termasuk di dalamnya industri pengolahan kerupuk udang, menyumbang lebih dari 53 persen pemasukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sidoarjo. Angka ini mengalami pertumbuhan setiap tahun 5,94 persen.
Salah seorang pengusaha kerupuk udang yang sekaligus Ketua KUB Setia Abadi H Abdul Wachid mengatakan, saat ini di kelompoknya terdapat 25 anggota yang masing-masing memanfaatkan sampai 15 orang pekerja, mulai dari proses pengadonan, pengirisan, penjemuran, sampai tahap pengepakan. “Semakin besar kemampuan produksinya akan semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan,” tambahnya.
Saat ini setiap produsen di Desa Kedungrejo menghasilkan kerupuk udang rata-rata tiga sampai tujuh kuintal setiap hari. Dengan harga jual Rp 6.000 sampai Rp 8.000 per kilogram, total omzet harian yang dihasilkan dari daerah Kedungrejo ini saja bisa mencapai sedikitnya Rp 45 juta.

Sumber : kerupuk udang

KUE LUMPUR

578996_431906140168818_310929315_n
Kue lumpur ini memang salah satu makanan khas kota Sidoarjo maupun Surabaya dan ternyata kue lumpur ini sudah ada sebelum terjadinya Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Jadi dinamakan kue lumpur bukan pengaruh dari peristiwa Lumpur Lapindo, melainkan karena kue ini memiliki isi yang berbentuk seperti lumpur yaitu teksturnya yang agak lembek ditengah dan meleleh di mulut ketika dimakan. Disini tersedia dua pilihan kue lumpur, yaitu kue lumpur yang biasa dan kue lumpur kelapa, soal rasa sama saja enaknya tinggal tergantung selera saja. Menurut Bu Lilik sebagai pemiliknya, usahanya ini sempat menurun cukup drastis akibat peristiwa Lumpur Lapindo Sidoarjo. Namun keadaan tersebut tidak berlangsung lama dan sekarang beliau sering kebanjiran pesanan. Sehingga para pembeli yang datang langsung untuk membeli dalam jumlah banyak belum tentu bisa dilayani. Jadi lebih baik pesan terlebih dahulu sebelum Anda datang ke tokonya. Selain kue lumpur, disana juga menjual pastel, lumpia, pie buah dan beberapa jenis jajanan lainnya. Biasanya para pembeli yang datang atau yang memesan hanya dilayani mulai jam setengah 7 pagi sampai jam 5 sore setiap hari kecuali hari Senin karena setiap Senin libur.

Sumber foto : koleksi www.wisatakuliner.com

2 komentar:

  1. INDOKARTU SITUS POKER ONLINE YANG AMAN DAN TERPERCAYA

    Bagi anda yang sudah bosan teripu oleh agen-agen yang tidak bertanggungjawab. Kami membawa kabar baik. Indokartu sudah hadir memberikan kenyamanan yang pastinya anda idam-idamkan. Jadi tunggu apa lagi langsung kontak kami di :
    WA : 081333366766
    BBM : indkartu
    LINE : indokartu
    Atau langsung di Livechat kita bosku Indokartu.biz

    BERMAIN JUDI POKER

    BalasHapus
  2. Apa yang membuat kue lumpur menjadi makanan khas Sidoarjo dan apa dampak Lumpur Lapindo terhadap usaha kue lumpur?
    Visit us Telkom University

    BalasHapus